BANDAR LAMPUNG (Bandar.ID) -- Sebanyak tujuh mahasiswa Universitas Lampung (Unila) tengah melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) 2018 di tiyuh Sumber Rezeki, kecamatan Gunung Agung, Tulangbawang Barat, menciptakan minyak nabati berbahan biji karet.
Ke tujuh mahasiswa Unila tersebut adalah Budi Angriawan Saputra jurusan Hukum Perdata, Dewi Aria Kusuma Putri jurusan Ilmu Pemerintahan, Melawati jurusan Ilmu Administrasi Bisnis, Nasta Meina Dilaga jurusan Fisika, Novitasari jurusan Teknik Sipil, Ratnasari jurusan Perikanan, dan Worro Bronto Laras jurusan Agroteknologi.
Salah satu mahasiswa yang menciptakan, Worro kepada Lampost.co, Selasa (13/2/2018), mengatakan penemuan bermula dari melihat banyaknya biji karet di tiyuh setempat yang tidak dimanfaatkan masyarakat desa sehingga muncul ide tersebut, agar hasil olahan biji karet menjadi bernilai secara ekonomis.
“Kebetulan kami KKN bersama dengan mahasiswa Fisika yang mengerti dalam pengolahan biji karet menjadi minyak nabati kendati dilakukan secara manual. Sebenarnya di Jawa sudah ada yang melakukannya, tetapi belum dilakukan di Lampung,” ujar Worro.
Menurut Worro, biji karet yang diolah dari setiap 100 gram mengandung protein (24,21%), air (3,71%), abu (2,71%), thiamin (450 Ng), asam nikotinat (2,5 Ng), karoten dan tokoferol (250 Ng), lemak jenuh (9%), asam palmiat (5%), asam arachidat, lemak tak jenuh (35%), asam okat (21%).
Salah seorang peserta KKN 2018 di tiyuh Sumber Rezeki, kecamatan Gunung Agung, Tulangbawang Barat, sedang memeras santan biji karet yang akan dijadikan minyak nabati. (Dok. Mahasiswa KKN 2018) |
Kemudian, salah satu penemu lainnya Dewi mengatakan untuk menghasilkan minyak nabati cara mengolahnya adalah mengambil isi biji karet dan merendamnya dengan air garam selama satu hari satu malam guna menghilangkan kandungan sianida di dalamnya. Selanjutnya, dihaluskan menggunakan alat penghalus untuk mengambil air santan biji karet tersebut.
“Sebelum diolah, isi biji karet direndam menggunakan air garam untuk menghilangkan racun di dalamnya, baruah dihaluskan dengan mesin blender sehingga mendapatkan santan biji karer melalui pemerasan,” kata Worro.
Langkah selanjutnya menurut Worro adalah memasak air santan tersebut selama 1,5 jam atau sampai menggumpal sehingga menghasilkan minyak nabati melalui perasan menggunakan kain.
“Setelah santan menggumpal dilakukan penyaringan menggunakan kain karena ketiadaan alat, barulah didapat yang namanya minyak nabati dalam setiap satu bungkus plastik makanan dapat menghasilkan satu gelas minyak nabati,” ujar dia.
Menurut dia, minyak nabati dapat dipergunakan untuk memasak makanan dan menumbuhkan rambut karena mengandung karoten sebesar 250 Ng. “Untuk ibu rumah tangga bisa menghemat pengeluarannya bila bisa mengolah biji karet menjadi minyak nabati, tetapi ada kelemahannya bila mengolah secara manual karena masih mengandung air sekitar 35%,” kata dia.
No comments:
Write comments